Jalan Raya Anyer Panarukan Dibangun Pada Masa Pemerintahan

Jalan Raya Anyer Panarukan Dibangun Pada Masa Pemerintahan

%PDF-1.7 %���� 446 0 obj <> endobj 459 0 obj <<29246EB01DB9854DBB1822CBA7E9F9B8>]/Info 445 0 R/Encrypt 447 0 R/Filter/FlateDecode/W[1 3 1]/Index[446 32]/DecodeParms<>/Size 478/Prev 2292518/Type/XRef>>stream x�bbd```b``�"��H�c`v X�D2�_��`�y ��w ɘw�.0����20120��D��hH�g`P� ` �) endstream endobj 477 0 obj <>stream $'�k5h� ��h����I �#��B����H��(�oEĤ� ��W�y�mA D���_(��%j�UF�^nm: ���4�&"9 o�J6�c��n�u��� &h�c�������A~ �e0�Xȝ!2����:�.�zx�� 9�S�q�O���m1}���v�C|�j�8 �ўq<* q��D�E�,0z�͟�v-���}-"�γ[�AFQӔ��C�E$r菆��O�����I�4_�$�/�Y��$I{��g�S����K�Hla�c}�O�(�f��n�z��o|"���U+�؀,Æ|�SbK�eĩ=��4���0I����4�J�z���~����˕G�-&��+��Z�su1��/���ϣ��]�O�du�]ܦ�7���D�F��/��p)!�.��G.��2(�4���4,1YH��_m�s$.yf�ri/"��ܷ�,(�����.��On�&⯄������$fؑ��/7�N�o�s���GI�bP�;*܌�Ck�~aPR�mw��bH�{ �owĄ�Uxn/Q*5P� CLa]�)+�wP9�Y����٣�yO� U����فoa�yX�N�H�9SR6��zU.ǀ�L8����?�p� ~� ���[���� �U:��]Q��B��\qg��c���4?��p��%��)�mt�J�f�m�����O ��m).+�y(q*g�sOu�ȦI����fØ�A��'��7�>l{��Y�j�62���`��x=� �� i�HLv7�PJ��y�@���4e�>>>/Filter/Standard/O(��Ӣ���^͕��0c\r�t���=���Y�e)/P -3904/R 4/U(:/��>M�ST�>�� )/V 4/StrF/StdCF/StmF/StdCF>> endobj 448 0 obj <><><><><><>]>>/OCGs[460 0 R 461 0 R]>>/Type/Catalog>> endobj 449 0 obj <>/MediaBox[0 0 612 792]/Resources<>/Font<>/ProcSet[/PDF/Text/ImageC]/ExtGState<>>>/Type/Page>> endobj 450 0 obj <>stream $'@�@� �%�..i�Zv7{:.Ɲlw��Q��rVoX��Oă�k�%���W#����N�,܊��USw5������m��E<�̜ ־�m�Ռ�f%�����2牿�v�$ B����������H I��v��[��u��x�%��v,�����C�K� T����+��t��ɟ('�r)��.�����f���q4@���kgZ|�e�3f�'��ϗ Pkߢeyf2j�P�Z!@��ȭ��:�F>ScW�po׊8V�!�f�̅��Pq�n��� @x)؛���a6~��y�H�1�U��9��1 U�V�3׭�����A�EœG�k_�/�z�qV�Z� �˦,�P������x���ݛ".�������1kQ�m7�i���ޢ ��M��2�{G��xF��o��S����'���n�5˩aq8H�+��H�3E�gEV�cw �j�]p�l�R��U����~|��;���Y�R���]Tۖ�s�#\�P���Mq\������w��W�Z3�6U��I&�ϋ��=C�m�����>��^�W�Y���{ne�d[ѱ�� ��h�y�ʪ����|]޷�����l���r�jӒ0�����?��޼ ��Lσ��1�Pk8M�0�0������4�J4C��)۹+�S��,n����Xf�x���=�2

Jl. Jamblang Raya, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, ID

Jl. Jamblang Raya, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, ID

Jalan Raya Lintas Sumatera (dikenal sebagai Jalan Lintas Sumatera, diakronimkan sebagai Jalinsum) merupakan sebutan untuk jalan raya/jalan nasional yang membentang dari utara sampai selatan Pulau Sumatra. Berawal dari Banda Aceh, Aceh sampai ke Pelabuhan Bakauheni, Provinsi Lampung dengan total panjang jalan 2.508,5 km. Jalan Raya Lintas Sumatra merupakan bagian keseluruhan Jaringan Jalan Asia rute AH 25.

Jalan Raya Lintas Sumatera ini sering disebut sebagai Jalan Lintas Sumatera. Dahulu Jalan Raya Lintas Sumatera sebenarnya hanya menunjuk kepada jalan raya yang berada di pesisir timur Pulau Sumatra yang berarti belum termasuk bagian jalan raya di pesisir barat yang melintasi Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Bengkulu.

Berdasarkan rute berdasarkan letaknya di Pulau Sumatra, terdapat 3 rute utama yaitu Jalan Raya Lintas Timur (Nomor Rute 1), Jalan Raya Lintas Tengah (Nomor Rute 5), dan Jalan Raya Lintas Barat (Nomor Rute 7).

Jalan Lintas Sumatra diputuskan untuk dibangun tahun 1965 pada era pemerintahan Presiden Soekarno. Pembangunan Jalan Lintas Sumatra yang dianggap sebagai proyek nasional maharaksasa pada masa itu dilaksanakan sepanjang 2.400 kilometer dan dibagi dalam delapan proyek serta rampung dalam waktu 10 tahun. Di daerah Lampung sendiri mendapatkan pembangunan jalan lintas Sumatra sepanjang 240 kilometer, dengan perencanaan di sebelah kiri jalan didirikan industri besar, seperti tekstil, dengan perkebunan kapas, penggergajian kayu, pabrik dan sebagainya. Adapun di sebelah kanan jalan dibangun kawasan transmigrasi modern dengan persawahan dan perkampungan modern. Pembangunan Jalan Lintas Sumatra di Lampung yang diberi sandi ”Operasi Rajabasa” tersebut berhasil membuka jalan sepanjang 5 km di kawasan pegunungan. Namun dibukanya Jalan Lintas Sumatra membuat masalah baru, yaitu berupa pungutan liar, pelemparan batu ke kaca mobil (terutama kaca bus) dan bajing loncat yang berlangsung hingga masa kini.[1]

Jalan Raya Lintas Timur melintasi 6 provinsi di bagian pesisir timur Pulau Sumatra, dengan Nomor Rute Jalan 1 berdasarkan data Kementerian Perhubungan. Rute jalan ini sudah termasuk Jalan Raya Lintas Pantai Timur yang merupakan jalan baru dan dibangun untuk mengurangi kepadatan Jalan Raya Lintas Tengah sebagai akses pelabuhan Bakauheni.

Jalan Raya Lintas Barat melintasi 5 provinsi di Pulau Sumatra, dengan Nomor Rute Jalan 7 berdasarkan data Kementerian Perhubungan.

Jalan Raya Lintas Tengah berakhir di Pelabuhan Bakauheni, Lampung melintasi 6 provinsi di Pulau Sumatra, dengan Nomor Rute Jalan 5 berdasarkan data Kementerian Perhubungan.

Jalan Raya Lintas Sumatra merupakan jalur perhubungan darat yang terpenting di Sumatra. Ini dikarenakan jalur KA hanya ada di Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan dan Lampung. Namun, banyak ruas jalan di Provinsi Sumatera Selatan dan Lampung mengalami kerusakan yang sangat parah walaupun pemerintah telah mengalokasikan banyak dana dalam beberapa tahun anggaran terakhir. Di beberapa bagian ruas jalan yang menghubungkan antara Bengkulu dan Lampung juga rawan kejahatan di malam hari serta longsor bila hujan. Sedangkan di beberapa ruas di Jambi sering diketemukan binatang liar.

Pemerintah pusat melalui Kementerian PUPR melakukan proyek WINRIP (Western Indonesia National Roads Improvement Project) atau Proyek Perbaikan Jalan Nasional Indonesia Bagian Barat). Tujuan utama proyek ini adalah untuk menningkatkan efisiensi pemanfaatan fungsi jalan nasional di koridor pantai barat Sumatra dengan menurunkan biaya operasional kendaraan, dengan cara meningkatkan standar kondisi jalan, menciptakan jalan yang berkeselamatan, meningkatkan akuntabilitas dan transparansi untuk publik, pengembangan institusi, penyediaan penanganan pasca bencana (tergantung situasi).[2] Adapun proyeksi yang diharapkan dari proyek WINRIP memiliki elemen-elemen indikator kinerja keluaran sebagai berikut:

Proyek ini berlangsung di 4 (empat) provinsi di Pulau Sumatra (Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu dan Lampung, dengan rincian ruas jalan yang ditingkatkan adalah sebagai berikut:[3]

Pada tahun 2015 pemerintah merencanakan untuk membangun jalan Tol Trans Sumatra yang menyambung Lampung dengan Aceh sepanjang 2.700 kilometer . Pemerintah akan mengalokasikan dana Rp 150 triliun buat pembangunan jalan toll di Sumatra ini.[5] Pada tahap awal Ruas tol yang pembangunannya tersendat adalah Jalan Tol Padang-Sicincin sepanjang 27 km, yang lancar adalah Jalan Tol Medan-Kualanamu sepanjang 25 km, dan Jalan Tol Kualanamu-Tebing Tinggi sepanjang 35 km.[6]

Pada periode tahun 2005-2010, Sumatera hanya mendapat anggaran untuk 2 ruas jalan tol yaitu Jalan Tol Medan-Binjai (20,5 km) dan Jalan Tol Palembang-Indralaya (24,5 km).

Jalan Lintas Utama Sumatera

Jl. Lintas Utama Sumatera, Sumatera Utara, ID

jalan raya Babat-Lamongan

Sabtu, 22 Februari 2014

Setelah Gus Dur lengser, Megawati Soekarnoputri pun dilantik untuk menggantikannya. Salah satu kebijakan ekonomi Megawati yang dinilai berani adalah mengakhiri program reformasi kerjasama dengan IMF pada Desember 2003 yang lalu dilanjutkan dengan privatisasi perusahaan negara dan divestasi bank guna menutup defisit anggaran negara.

"Semua opsi yang ditawarkan IMF sifatnya 'mencekik leher' bagi Indonesia. Sifatnya menggantung Indonesia supaya terus bergantung pada IMF," ujar Menteri Negara Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Ketua Bappenas saat itu, Kwik Kian Gie.

Setelah mengakhiri kerjasama dengan IMF, Megawati menerbitkan Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2003 tentang Paket Kebijakan Ekonomi Sesudah Berakhirnya Program IMF untuk menjaga stabilitas ekonomi makro.

Ada beberapa poin penting dalam kebijakan tersebut. Di sektor fiskal misalnya, ditandai dengan reformasi kebijakan perpajakan, efisiensi belanja negara dan privatisasi BUMN. Di sektor keuangan, dilakukan perancangan Jaring Pengaman Sektor Keuangan, divestasi bank-bank di BPPN, memperkuat struktur governance bank negara, dan restrukturisasi sektor pasar modal, asuransi dan dana pensiun. Lalu di sektor investasi, dilakukan peninjauan Daftar Negatif Investasi, menyederhanakan perizinan, restrukturisasi sektor telekomunikasi dan energi serta pemberantasan korupsi.

Dampaknya dinilai cukup baik. Kurs Rupiah yang semula Rp. 9.800 (2001) menjadi Rp. 9.100 (2004), tingkat inflasi menurun dari 13,1% menjadi 6,5% sedangkan pertumbuhan ekonomi naik 2%, begitu pun poin IHSG dari 459 (2001) menajdi 852 (2004).

Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.

Wenn dies deiner Meinung nach nicht gegen unsere Gemeinschaftsstandards verstößt,

Anda mungkin ingin melihat